Perang Dunia 1: Semua berawal dari sini
Pada artikel ini, yang mau gue bahas adalah sepotong kisah pelarian sepasang kapal laut Jerman di Laut Mediterania. Pelarian 2 kapal laut Jerman di Laut Mediterania ini membawa begitu banyak perubahan besar dalam sejarah dunia modern. Dari drama kejar-kejaran antar kapal perang di Laut Mediterania yang kesannya sepele ini, malah berujung pada runtuhnya Kesultanan Ottoman yang telah berdiri tegak selama 600 tahun.
Gak cuma hal itu saja, pelarian 2 kapal Jerman ini jugalah yang turut mengambil andil besar terhadap revolusi besar di Russia dari bentuk Kekaisaran, menjadi Uni Soviet yang menjadi cikal bakal trend negara berbasis paham komunisme. Yang artinya apa? Secara ga langsung juga, menyebabkan revolusi ideologi di Tiongkok, Vietnam, Korea Utara, Kuba, dan lain-lain menjadi komunis!
“Wah serius tuh? Perpecahan negara di Timur Tengah sampai lahirnya negara-negara Komunis seperti Uni Soviet, RRC, Korea Utara, dll… itu dipicu oleh pelarian 2 Kapal Perang Jerman pada Perang Dunia 1???” [3]
Secara gak langsung, YES! Gua pribadi sebagai guru sejarah berpandangan kuat bahwa pelarian 2 kapal perang ini, menjadi pemicu awal dalam pembentukan sejarah dunia modern, khususnya perpecahan wilayah di Timur Tengah, serta pembentukan negara-negara komunis pada sepanjang abad 20. Nah lho, pasti lo penasaran gimana cerita selengkapnya? Yuk kita langsung mulai aja!
LATAR BELAKANG PERANG DUNIA 1 GIMANA SIH…?
Oke, sebelum mulai cerita tentang 2 kapal perang Jerman tersebut, pertama-tama gua mau review sedikit tentang konteks awal Perang Dunia 1. Sebagaimana udah gua bahas secara mendalam di artikel sebelumnya, Perang Dunia 1 dipicu oleh serangkaian kekonyolan manusia, yang pada akhirnya membuat Jerman menjalankan operasi militer rahasia Schlieffen Plan yang bahkan tidak bisa dihentikan sekalipun oleh sang Kaisar Jerman sendiri. Sampai akhirnya Jerman gagal menghentikan mobilisasinya, Rusia meneruskan mobilisasi pasukannya, begitu pula Perancis, Inggris, Austria-Hongaria, dan Serbia. Akhirnya dimulailah perang dunia pertama yang menjadi pemicu awal berbagai bentrokan di seluruh dunia pada awal abad 20. Sebagai gambaran kasar, sederhananya Perang Dunia 1 adalah bentrokan antar 2 kubu seperti bisa dilihat pada gambar di bawah ini:
KISAH PELARIAN
2 KAPAL JERMAN YANG MENGUBAH SEJARAH DUNIA
Oke, setelah review dikit, gua harap lu bisa membayangkan latar belakang
situasinya. Sekarang mari kita mulai dari November 1912, 2 tahun sebelum perang
dunia pertama dimulai. Kaiser Wilhelm II, seperti kita ketahui dari artikel sebelumnya,
adalah kaisar Jerman yang mengutamakan gengsi militer. Saat itu, perang
Balkan pertama tengah berkecamuk. Dengan sering adanya bentrokan di wilayah
Laut Tengah (Laut Medieterania) dia merasa bahwa Jerman perlu Divisi Laut
Tengah dengan membuat 2 kapal perang, bernama SMS Goeben dan SMS Breslau untuk
berjaga-jaga di Laut Mediterania.[1]
Kedua kapal perang ini adalah kapal perang tercanggih di eranya. SMS Goeben
adalah sebuah penjelajah-tempur (Battle-cruiser) sementara SMS Breslau
yg jauh lebih kecil adalah penjelajah ringan (light cruiser). Keduanya adalah
kapal berkecepatan tinggi relatif dibandingkan kapal-kapal lain dengan ukuran
yang sama. Meriam kedua kapal itu juga berkualitas lebih baik daripada meriam
Inggris maupun Perancis. Begitu pula sistem pembidik meriamnya.
Namun, 2 kapal ini biarpun canggih tapi harus sangat berhati-hati karena Jerman gak punya pangkalan di Laut Tengah! Artinya apa? Jerman harus mengandalkan pelabuhan sekutunya (Austria-Hongaria dan Italia) untuk tempat parkir, ngisi BBM, dll. Di sisi lain, armada Inggris dan Perancis punya PULUHAN kapal perang di Laut Tengah. Dua lawan puluhan kapal? Secara teori jelas Inggris dan Perancis ga perlu khawatir. Kedua kapal ini GAK MUNGKIN bisa mengalahkan armada Inggris maupun Perancis! Tak heran pihak Inggris maupun Perancis tidak terlalu mempedulikan kehadiran 2 kapal perang Jerman ini. Ah cuma 2 kapal perang doang, emang bisa apa sih??
SMS Goeben dan SMS Breslau, 2 kapal Jerman yang menjadi game-changer Perang Dunia 1 & sejarah peradaban dunia modern.
SITUASI MILITER
DI LAUT TENGAH MEDITERANIA
Sebelum perang, pihak sekutu (Inggris dan Perancis) udah bagi-bagi tugas:
·
Perancis akan menjaga bagian Barat Laut Tengah, Inggris akan menjaga bagian
Timur Laut Tengah.
·
Perancis akan menghadapi Angkatan Laut Italia, Inggris akan menghadapi
Angkatan Laut Austria-Hongaria.
·
Jalur pelayaran horizontal (Gibraltar-Suez dan sebaliknya) maupun vertikal
(Perancis-Aljazair maupun sebaliknya) harus dilindungi.
·
Pemindahan pasukan Perancis dari koloninya di sepanjang pesisir Pantai
Utara Afrika harus dilindungi.
Nah, dalam pembagian tugas ini, armada Kapal perang Jerman yang
cuma 2 biji itu tidak disebut sama sekali! Jerman toh cuma punya 2 kapal,
emang bisa apa sih? Mending pusingin soal Angkatan Laut Itali dan
Austria-Hongaria aja.
Sementara itu, di pihak Jerman, mereka sadar betul 2 kapal perang takkan
bisa mengalahkan armada tempur Inggris maupun Perancis. Begitu perang dunia
meletus, cuma ada 2 pilihan rasional bagi para awak 2 kapal ini,
yaitu bergabung dengan armada Austria-Hongaria di laut Adriatik untuk
bersama-sama menghadapi Angkatan Laut Inggris atau nekad berlayar sampai
Ottoman untuk membujuk mereka bergabung dengan sekutu Jerman.
Ketika perang meletus, awalnya pusat memerintahkan untuk mencoba berlayar ke Ottoman, namun di tengah jalan akhirnya pemerintah pusat Jerman menilai misi ini TERLALU BERBAHAYA dan segera memerintahkan Goeben & Breslau bergabung ke dengan Austria-Hongaria di laut Adriatik. Sungguh di luar dugaan, Admiral Wilhelm Souchon yang merupakan komandan Goeben dan Breslau sekaligus salah satu perwira angkatan laut terbaik Jerman, memutuskan sesuatu yang sangat radikal, yaitu MENGABAIKAN PERINTAH PUSAT untuk bergabung dengan armada Austria-Hongaria! Alih-alih, Souchon malah memutuskan untuk berlayar terus jauh ke arah Timur menuju pelabuhan Ottoman (sekarang Turki) dengan harapan dapat meminta bantuan mereka untuk bersekutu melawan Inggris, Rusia, dan Perancis!
Secara teori, ini adalah rencana sinting dan gak masuk akal. Perjalanan
timur menuju Ottoman itu jauh buanget! Belum lagi di Laut Tengah
bertebaran PULUHAN kapal perang Inggris maupun Perancis yang bisa langsung
ngeroyok Goeben & Breslau ini. Namun pada akhirnya, Admiral Souchon percaya
diri dengan kemampuannya di lautan dan memutuskan nekat terus berlayar menuju
Ottoman!
Singkat cerita, Goeben & Breslau dibawah kepemimpinan admiral Souchon yang terkenal handal dan cerdik berhasil mengecoh 3 armada besar (2 Inggris + 1 Perancis) dan terus berlayar ke arah Turki-Ottoman. Pelarian ini kalo boleh gua rangkum adalah berbagai kombinasi dari keberuntungan sekaligus trik psikologis yang mengecoh 3 admiral perwira tinggi sekutu, sekelas Laypeyrere, Troubridge, dan Milne.
Sebetulnya gua pengen banget bahas secara detail
drama kucing-kucingan petak umpet antara Goeben & Breslau dengan 3 armada
angkatan laut ini, cuma kalo gua bahas artikelnya
bisa kepanjangan dan isinya agak terlalu teknis. Jadinya gua coba rangkum aja
beberapa point yang menjadi kunci kepiawaian Souchon dalam meloloskan diri dari
kepungan 3 armada sekutu:
1. Souchon entah secara
sengaja atau tidak, berhasil mengecoh banyak admiral sekutu dengan MENGABAIKAN
PERINTAH PUSAT. Admiral Sekutu menduga kedua kapal tersebut akan putar balik ke
Barat sehingga mereka dengan pedenya menunggu di sana. Padahal Souchon
sejak awal sudah mengabaikan perintah dan terus nekat ke Timur.
2. Goeben & Breslau
beruntung karena mekanisme komunikasi pada zaman itu (telegram) memakan
waktu lama untuk bisa saling memberi informasi. Akibatnya, perintah
dari pusat maupun kapal lainnya sudah terlalu terlambat berjam-jam untuk
mengejar Goeben & Breslau. Sementara 2 kapal Jerman ini memang dirancang
untuk memiliki kecepatan lebih tinggi daripada kapal perang lainnya.
3. Admiral Milne [2] sebagai
komandan tertinggi lapangan AL Inggris, bukanlah seorang perwira laut yang
handal, alias gak becus. Kenapa bisa begitu? Karena rupanya, pengangkatan Milne
sebagai admiral tertinggi AL dicapai bukan karena prestasinya di akademi
kelautan, melainkan karena koneksi kolusi dan nepotisme belaka! Akibatnya,
Milne serba telmi dalam membuat keputusan, dari
kapalnya mogok, hingga lupa memberi informasi, dan keliru menangkap
perintah.
Berdasarkan kombinasi antara 3 kondisi di atas, ditambah dengan berbagai
keberuntungan lainnya. Pada tanggal 20 Agustus 1914, kedua kapal Jerman
itu tiba di Ottoman (tepatnya di Kota Dardanelles), melewati kepungan dari
puluhan angkatan laut sekutu, tanpa ada kontak sejata sekalipun. Hoki banget kan!?
Oke deh, terus emang kalau Goeben & Breslau emang berhasil sampai ke Ottoman, apa pengaruhnya bagi mereka? Emang gimana sih posisi politik di Ottoman itu sendiri? Emangnya mau dengan gampangnya gitu aja bantuin pihak Jerman melawan Rusia, Inggris, Perancis dan sekutunya?
Ilustrasi detail dari pelayaran Goeben & Breslau ditandari oleh garis warna merah
Latar Belakang
Kondisi Kesultanan Turki Ottoman
Posisi politik Ottoman sebelum Perang Dunia 1 meletus emang bisa
dibilang masih ngambang. Di satu sisi,
Ottoman punya hubungan manis dengan Jerman dengan pembangunan rel
kereta Baghdad Railways dari Berlin hingga Ottoman. Tapi di sisi
lain, Ottoman juga punya hubungan bisnis ekonomi yang baik dengan
Inggris. Dari segi militer, pemerintah Ottoman juga terbagi menjadi 2 kubu
yang saling berseberangan. Angkatan Darat Ottoman yang selama ini dilatih dan
dipasok senjata oleh Jerman sangat ingin Ottoman memihak Jerman dalam PD1.
Sementara Angkatan Laut yang dilatih dan dipasok senjata oleh Inggris sangat
ingin Ottoman memihak Inggris PD1. Namun demikian, sejauh tidak ada
kepentingan yang mendesak, Ottoman cenderung netral dalam menanggapi PD1 kali
ini. Sampai sebuah takdir yang dibawa oleh 2 Kapal Jerman mengubah segalanya…
Awal abad 20 adalah masa yang sulit bagi Kesultanan Ottoman. Kesultanan Ottoman yang di tahun 1500an dan 1600an begitu ditakuti oleh negara-negara di Eropa dan Asia, belakangan “keperkasaaannya” dipertanyakan. Wilayah Ottoman yang terkenal begitu luas membentang, satu persatu direbut oleh negara-negara Eropa seperti Rusia, Inggris, Perancis, Italia, atau Austria-Hongaria selama 200 tahun terakhir. Tidak sedikit juga yang memerdekakan diri seperti Bulgaria, Serbia, dan Yunani. Bahkan di tahun 1912, negara-negara yang baru merdeka itu mengeroyok Ottoman dalam Perang Balkan Pertama. Seluruh rakyat dan pemerintah Ottoman frustasi, marah, dan mengalami krisis identitas. Mereka tak mau lagi dipermalukan, mereka harus bisa memperkuat diri! Kembalikan harga diri & kejayaan Ottoman!
Wilayah kesultanan Ottoman pada masa puncak kejayaannya tahun 1683
Dengan latar belakang seperti itu, Ottoman memesan 2 buah kapal tempur
(Battleship) ke pabrik kapal di Inggris sebelum PD1
meletus. Battleship Sultan Osman-i Evvel dan Resadiye akan menjadi tulang punggung armada Ottoman yang baru, armada yang akan
dilatih oleh Inggris! Armada yang akan kembali ditakuti oleh lawan-lawan
Ottoman! Sebuah harapan baru dan langkah awal untuk mengembalikan kejayaan
Ottoman.
Eh sialnya, mendadak pecahlah Perang Dunia Pertama! Kedua battleship yang sudah selesai, bahkan SUDAH DIBAYAR LUNAS oleh pemerintah
Ottoman, mendadak DISITA oleh AL inggris! Inggris merasa kedua kapal itu
TERLALU DIBUTUHKAN untuk melawan armada tempur Jerman, TERLALU PENTING untuk
dijual! Tentu saja pihak Ottoman murka.
“Woi, Inggris…
mana nih 2 KAPAL pesanan kami!? Kami udah bayar LUNAS lho, masa disita
lagi?? Balikin duit gue woi!!” – Ottoman kepada Inggris
Pada akhirnya sih, Inggris bersedia mengembalikan uang pembayaran,
tapi ini bukan cuma soal uang bung! Ini kan soal harga diri Ottoman! Soal
pembangunan kembali Turki-Ottoman sebagai kekuatan militer yang ditakuti!
Ini masalah gengsi negara!
Di saat skandal pembatalan pesanan 2 Kapal perang perang oleh Inggris
melukai harga diri Kerajaan Ottoman, eh eh… Tiba-tiba muncul 2 Kapal
perang Jerman paling canggih di dunia saat itu, SMS Goeben dan Breslau di Kota
Dardanelles – Ottoman. Rakyat Ottoman melihat hadirnya SMS Goeben
yang seukuran dengan kedua kapal yang seharusnya sudah mereka miliki. Gagal
pesen kapal dari Inggris, baper sama Inggris, kok yang dateng malah 2 kapal
Jerman yang jadi musuh mereka? KEBETULAN BANGET NIH!
Gerak Cepat
Jerman mengambil hati Turki-Ottoman
Setibanya di Ottoman, pemerintah Jerman kaget banget sekaligus lega begitu
tau keberhasilan Souchon (walaupun mengabaikan perintah) dalam menghindari
kepungan armada Inggris dan Perancis serta berhasil membawa Goeben &
Breslau berlabuh di Ottoman. Kondisi ini dapat dilihat secara jeli oleh
kedutaan Jerman sebagai peluang emas mendapatkan kawan baru yang posisinya
sangat strategis dalam Perang Dunia 1.
Kedutaan besar Jerman langsung gerak cepat. Jerman mengetahui betul Ottoman
lagi butuh Kapal perang sekaligus lagi baper sama Inggris. Mereka
menawarkan menjual Goeben dan Breslau kepada Ottoman dengan diskon
besar-besaran, ASALKAN Ottoman bersedia membantu memihak Jerman dalam
Perang Dunia Pertama ini.
Melihat kecanggihan Kapal Goeben & Breslau, pihak Ottoman sulit rasanya menolak tawaran ini. Tapi di sisi lain, Ottoman juga harus memperhitungkan banyak hal. Kalo Ottoman secara sembrono langsung deklarasi perang, bisa-bisa hutang Inggris sama sekali ga dibayar! Belum lagi, Ottoman juga tidak mau sembarangan ikut perang besar ini yang berpotensi merugikan negara. Berdasarkan pertimbangan itu, Ottoman mencoba main cantik. Di satu sisi, mereka menyetujui secara lisan transaksi dengan Jerman agar mereka dapat 2 Kapal perang super-canggih itu. Tapi kepada dunia internasional, tepatnya tanggal 14 Agustus 1914, Ottoman mengumumkan mereka netral dalam PD1. Namun dengan menunggangi status ‘netral’ tersebut, Ottoman mengusir semua instruktur AL Inggris di wilayah perairan Ottoman pada 15 Agustus. Di hari yang sama, diam-diam Goeben dan Breslau mengganti bendera Jermannya dengan bendera Turki-Ottoman. Dua minggu kemudian, instruktur AL Jerman tiba dengan kereta, menggantikan instruktur AL Inggris.
Komandan Jerman, August von Mackensen memimpin inspeksi tentara Jerman di Goeben and Breslau, yang baru saja tergabung dalam tentara Ottoman.
Sampai pada tahap ini, sebetulnya dari jajaran pemerintahan Ottoman
sendiri masih belum seluruhnya KOMPAK & mantap untuk bersekutu
dengan Jerman. Masih banyak pihak yang mempertanyakan konsekuensi jangka
panjang koalisi perang ini yang berpotensi menyeret Ottoman untuk terlibat pada
perang besar yang sebetulnya tidak menjadi kepentingan negara. Setiap elemen di
pemerintahan maupun rakyat Ottoman masih setengah hati mendukung Jerman, ada
yang setuju, ada yang menolak, lebih banyak yang ragu.
Menyadari pihak Ottoman masih belum mantap mendukung Jerman, Souchon
yang cerdik meminta UANG yang banyak dari pemerintahnya. Buat apaan tuh
uang? Ternyata BUAT
MENYOGOK MEDIA OTTOMAN! Yup, Sang admiral membawa duit
berkoper-koper dan menyogok pegawai koran, radio, dan majalah
Ottoman untuk menyiarkan berita-berita anti Inggris dan pro Jerman.
Seiring dengan lunasnya penggantian uang pembatalan pesanan kapal
oleh Inggris, media-media Ottoman terus menyerukan:
·
Inggris mencoreng harga diri Ottoman, tidak konsekuen, tidak menghargai
kedaulatan Ottoman! Kolonialis yang mengikis serta merebut daerah
kekuasaan Ottoman sejak 200 tahun terakhir!
· Jerman adalah kawan sekaligus pahlawan yang menghadiahkan 2 Kapal perang super-canggih, membangun rel kereta sepanjang Baghdad-Berlin. Sekutu yang telah berjasa melatih angkatan darat maupun laut Ottoman!
Kunjungan Kaiser Jerman (Wilhem II) ke Konstantinopel disambut oleh utusan Sultan Mehmed VI dari Kesultanan Ottoman.
Makin lama, opini publik Ottoman mulai bergeser untuk semakin membenci
Inggris dan membela Jerman. Inggris yang panik, ikut bereaksi blunder
dengan memerintahkan kapal perangnya menghadang kapal perang Ottoman! Tentu
saja ini malah membuat pihak Ottoman makin panas!
Begitu opini publik bergeser sesuai kehendak Jerman, Souchon kembali
meminta uang. Kali ini targetnya untuk menyuap
pejabat-pejabat Ottoman yang pro-Inggris. Karena uang, manusia jadi
gelap mata dan tidak rasional. Kini segenap pemerintah dan rakyat Ottoman BERSEMANGAT
untuk berperang! Ini saatnya merebut kembali
wilayah-wilayah Ottoman yang direbut oleh lawan-lawannya! Inilah
saatnya Ottoman kembali menunjukkan keperkasaannya sebagai penguasa mediterania
yang ditakuti seluruh dunia.
Tanggal 27 dan 28 Oktober, Souchon memimpin armada Ottoman membombardir pelabuhan-pelabuhan Rusia tanpa peringatan. Rusia menderita kerugian besar sekaligus kaget bukan kepalang karena hal ini benar-benar di luar perhitungan mereka. Perang resmi dimulai tanggal 2 November (melawan Rusia) dan 5 November (melawan Inggris dan Perancis) 1914. Inggris-Perancis-Rusia kini berperang melawan Jerman-Austria-Ottoman. Keberhasilan Goeben & Breslau berlabuh di Ottoman menjadi game-changer yang secara tidak terduga mengubah pemetaan koalisi Perang Dunia 1 menjadi seperti di bawah ini:
BETUL-BETUL DI
LUAR PERHITUNGAN RUSIA…
Seharusnya hasil Perang Dunia 1 ini bisa cepat selesai sesuai
dengan kalkulasi Rusia. Ketika Rusia dengan PEDE-nya memanas-manasi Serbia pada
Juli 1914 untuk sekalian perang dengan Austria-Hongaria, Rusia sudah
mengkalkulasikan hasil pertempuran. Dari segi teknis, Rusia ga perlu khawatir
karena kerjasama export-import dengan Inggris & Perancis bisa berjalan
lancar, baik untuk amunisi perang, maupun untuk kebutuhan pangan. Dengan kondisi
seperti itu, Rusia memprediksikan Jerman akan terjepit dan kehabisan sumber
daya dalam waktu 2 tahun. Tapi semua berubah ketika negara
api menyerang Goeben & Breslau berlabuh…
Sungguh di luar dugaan Ottoman memihak Jerman dalam Perang Dunia 1 ini.
Ottoman yang tadinya bersikap netral & bahkan tidak memiliki kepentingan
besar untuk terlibat dalam perang tiba-tiba saja menyerang pelabuhan-pelabuhan
Rusia tanpa peringatan! Kerusakan pelabuhan-pelabuhan itu memang bisa
dibetulkan, tetapi posisi Ottoman yang strategis memastikan tidak ada kapal
yang bisa berlabuh di pelabuhan-pelabuhan itu tanpa seijin mereka! Artinya,
export maupun import Rusia DICEKIK oleh kesultanan Ottoman! Tiba-tiba saja
Rusia jadi yang malah terkepung oleh Jerman, Austria-Hongaria, & Ottoman! Rusia
yang tadinya pede perang melawan Jerman akan mudah, ujung-ujungnya jadi
buntu dan berkepanjangan.
Macetnya jalur perdagangan export-import Rusia ini, berbuntut panjang.
Rusia dilanda krisis ekonomi dan bahan baku. Serangan Brusilov (Juni-September
1916) biarpun sukses menghancurkan pasukan Austria-Hongaria, tetap saja membuat
Rusia kehilangan setengah juta tentaranya. Walaupun kondisi negara semakin
kritis Kekaisaran Rusia terus menerus mengirimkan kaum pria dewasanya ke
medan perang. Situasi diperparah karena rakyat Rusia masih teringat akan
kekalahan mereka melawan Jepang dalam Perang Rusia-Jepang (1904-1905). Rakyat
Rusia sudah penat, stres, muak, dan marah terhadap perang yang tak kunjung
selesai ini! Kemarahan rakyat Rusia diperparah oleh Kaisar Rusia sendiri,
Nicholas II, yang terlalu borjuis, mementingkan kepentingan ningrat
dibandingkan rakyat jelata. Rakyat Rusia mulai kehilangan kepercayaan
terhadap sang kaisar! Pada saat itulah, muncul sebuah gagasan yang mulai
berhasil mengambil hati rakyat Rusia, yaitu komunisme.
Penyelundupan tokoh sentral komunis oleh Jerman ke Rusia
Vladimir Lenin, tokoh gerakan komunis yang sering disebut si ‘virus’ oleh para Bangsawan Eropa.
Di tengah himpitan krisis ekonomi, ancaman perang, serta perasaan muak
terhadap kaum bangsawan Rusia yang terus mengirim rakyatnya untuk berperang membuat
ideologi komunis menjadi begitu SEKSI di mata masyarakat Rusia.
Ideologi komunisme yang membawa gagasan tentang kesetaraan
sosial & ekonomi semakin berhasil mencuri hati rakyat Rusia yang sudah
muak dengan tingkah para bangsawannya. Di sisi lain, romantisme
paham komunisme begitu ditakuti Kaisar & kaum bangsawan Eropa. Mereka
tau betul, ideologi ini mengancam status keningratan mereka. Sementara itu,
sosok sentral gerakan komunis yang paling ditakuti di Eropa saat itu adalah
seorang turunan Rusia bernama Vladimir Ilyich Ulyanov atau
lebih dikenal dengan sebutan Lenin.
Lenin ini adalah tokoh penting partai komunis Rusia. Kakaknya sendiri
terlibat dalam pembunuhan
Kaisar Alexander II dari Rusia. Karena aktivitasnya di partai
komunis, Lenin dikejar-kejar oleh polisi dari berbagai negara
sampai akhirnya kabur ke Swiss. Ketika Perang Dunia Pertama
dimulai, Lenin bereaksi dengan sangat keras. Dia yakin ini adalah perangnya
para bangsawan, bukan perangnya rakyat! Dia juga kesal, tak sabar, dia tahu
rakyat Rusia sedang MARAH pada kaisarnya! Sampai akhirnya, terjadilah
revolusi Febuari, rakyat menggulingkan kaisar, dan menaikkan pemerintah
demokratis!
Di satu sisi Lenin lega karena kekaisaran Rusia yang selama ini
membelenggu rakyat, berhasil digulingkan. Tapi di sisi lain, Lenin juga kecewa
karena merasa impiannya untuk mendirikan negara komunis pertama di Rusia
telah kehilangan kesempatan. Ketika sedang gemas dan gregetan, tiba-tiba
Lenin dihubungi oleh salah 1 musuh besarnya, pihak yang menyebutnya
‘virus’, sumber penyakit, makhluk yg harus dibasmi tanpa ampun: Polisi
Rahasia Jerman. Lho?
Kembalinya si
‘Virus’ untuk menyerang Rusia dari dalam
Walaupun telah berhasil berkoalisi dengan Ottoman, Jerman berhasil
menghindari kekalahan telak, tapi sejauh ini hanya mampu mengimbangi sekutu,
belum berhasil untuk mengalahkan Rusia dan sekutunya yang tetap terus ngotot
berperang walaupun kaisar telah digulingkan oleh rakyatnya. Oleh karena itulah,
Jerman berpikir keras bagaimana caranya agar bisa menghancurkan Rusia dari
dalam. Sampai akhirnya, pemerintah Jerman menggagas sebuah ide yang kelak akan mengubah
dunia, yaitu mengembalikan Lenin si ‘Virus’ ke Rusia!
Maka dari itu, utusan polisi rahasia Jerman menemui Lenin di Swiss dan
menawarkan transaksi gratis:
·
“Woi Lenin, lo sekarang dikejar-kejar polisi seluruh Eropa kan? Mau ga kita
bantuin pulang ke Rusia?”
·
“Mau bangetlah! Caranya gimana?”
·
“Lo akan kita selundupkan melalui sebuah gerbong kereta. Gerbong ini akan
kita kunci rapat dan lo ga boleh keluar sampai tiba di pelabuhan!”
Lenin tak keberatan. Apapun akan dia lakukan untuk pulang ke Rusia demi mewujudkan mimpi negara komunis. Berkat bantuan polisi rahasia Jerman, kembalilah Lenin ke tanah Rusia. Kurang dari setahun, Lenin dan para pengikutnya yang tersetianya berhasil mengerahkan massa, berhasil melakukan revolusi Oktober sekaligus mendirikan negara komunis pertama di dunia: Uni Soviet. Siasat inipun membuahkan hasil bagi Jerman: negeri komunis pertama ini langsung meminta perjanjian damai dengan Jerman dalam perjanjian Brest-Litovsk.
Vladimir Lenin, tokoh sentral Revolusi Uni Soviet yang menggantikan Russian Empire menjadi Uni Soviet yang berpaham komunisme.
Jadi, itu sebabnya kedua kapal perang ini, secara pribadi gua anggap ikut serta menjadi katalisator lahirnya dominasi komunisme atas separuh dunia di abad 20. Tanpa kedua kapal itu, situasi Rusia takkan buruk, tanpa kedua kapal itu tidak akan ada gagasan pengembalian Lenin sang tokoh komunis ke tanah Rusia, tanpa kedua kapal itu Rusia tidak akan semudah/seringkih itu untuk digulingkan dalam Revousi Oktober. Tanpa kedua kapal itu, mungkin tidak akan ada Uni Soviet sebagai negara komunis pertama di dunia. Kalau Uni Soviet tidak ada, berarti tidak akan ada Republik Tiongkok, Korea Utara, Vietnam, Kuba, dan negara-negara berbasis ideologi komunis di dunia ini.
Peta negara yang pernah menganut paham ideologi komunis dari tahun 1979-1983
Apa kabar
dengan Kesultanan Ottoman?
Sangat mengenaskan! Pada akhirnya keputusan Ottoman untuk membantu Jerman dalam perang dunia 1 harus dibayar dengan SANGAT MAHAL dengan runtuhnya kejayaan Ottoman yang sebagai penguasa tunggal Timur Tengah selama 600 tahun. Tentara Ottoman pada akhirnya dikalahkan oleh “Lawrence of Arabia” dan jendral Allenby dari Inggris, pasukan Inggris dan Perancis mengancam Konstantinopel setelah mereka mengusir tentara Ottoman dari Palestina, Yordania, Libanon, dan Syria. Ottoman akhirnya harus rela negaranya dicincang. Beberapa wilayah Ottoman menjadi jajahan Inggris seperti Iraq, Palestina dan Yordania. Sementara wilayahnya yang lain (Syria misalnya) menjadi jajahannya Perancis. Sementara bagian utara Ottoman beserta ibukotanya Istanbul/Konstantinopel kini menjadi negara yang kita kenal sebagai Turki. Bagi-bagi jajahan inilah yang menjadi dasar PERBATASAN NEGARA-NEGARA TIMUR TENGAH MODERN.
Perbandingan wilayah Kesultanan Ottoman sebelum terlibat perang (kiri) – dibandingkan perpecahan wilayah timur tengah paska perang dunia 1 (kanan)
Sebuah ironi yang memilukan dimana sebuah peradaban sebesar Kesultanan
Ottoman yang sudah berkuasa kokoh selama 600 tahun, akhirnya hancur hanya
karena kedatangan 2 buah kapal, keserakahan segelintir orang yang mau menerima
suap, serta kelicikan ‘orang asing’ (Jerman) yang berhasil
menyebarkan propaganda media untuk menyetir opini publik demi kepentingan
mereka.
Gak heran kalau Winston Churchill (Menteri
Angkatan Laut Inggris yang belakangan menjadi Perdana Menteri Inggris
selama Perang Dunia Kedua) berkata:
“Tidak pernah
ada kompas kapal yang menyebabkan pertumpahan darah lebih banyak daripada
kompas kapalnya kedua kapal (Goeben & Breslau) itu!” – Winston
Churchill
Berakhirnya
Perang Dunia 1
Menyerahnya Rusia ternyata tidak membuat Jerman menang perang. Sialnya bagi
Jerman karena mereka baru saja mendapat musuh baru: Amerika Serikat.
Tentara gabungan Amerika-Inggris-Perancis akhirnya berhasil menembus pertahanan
tentara Jerman dan mengancam seluruh pelosok otonomi Jerman.
Akhirnya Jerman, Austria-Hongaria dan Ottoman menyerah kepada pasukan
sekutu Inggris-Perancis-Amerika Serikat tahun 1918. Sebagian besar jajahan dan
wilayah mereka diduduki dan direbut oleh para pemenang perang. Jerman juga
wajib menyerahkan semua kapal perang dan kapal dagang mereka. Jerman juga wajib
membayar ganti rugi kerugian perang yang mencekik ekonomi mereka selama
bertahun-tahun. Nasib mereka masih lebih baik daripada Austria-Hongaria yang
benar-benar kehilangan kekaisaran mereka secara total.
Namun, Perang Dunia 1 bukan cuma menghancurkan para pecundangnya, tapi
juga berhasil membunuh perdagangan global. Pembunuhan ini begitu
suksesnya, sampai-sampai perdagangan global baru bisa dimulai lagi di
tahun 1945, setelah Perang Dunia Dua selesai. Dengan kata lain: globalisasi
yang begitu ramai dibicarakan di akhir abad 20, yang sebetulnya sudah
dimulai di awal abad 20, sayangnya tertunda begitu lama karena
terjadi Perang Dunia.
Jerman akhirnya dikucilkan oleh para pemenang perang adalah negeri
yang dipenuhi orang yang marah, orang yang kecewa, orang yang benci kepada
semua negara lain. Jerman setelah Perang Dunia Satu adalah ladang subur untuk
para provokator radikal seperti seorang kopral Austria kurus berkumis bernama
Adolf Hitler. Perang Dunia Satu sukses menebarkan bibit-bibit Perang Dunia
Kedua.
Nah, demikian berakhirlah perang dunia pertama. Gua harap penceritaan gua
yang diawali dengan kisah pelarian 2 kapal perang Jerman bisa menambah wawasan
serta perspektif baru buat lo semua. Perbedaan perspektif di kalangan
sejarawan terkait seberapa jauh dampak pelarian 2 kapal Jerman ini, memang
menjadi bisa jadi perdebatan yang seru, dan apa yang gua ceritakan di atas,
tidak terlepas dari perspektif gua pribadi sebagai pengamat sejarah. So,
moga-moga artikel ini bermanfaat buat lo, khususnya menambah pengetahuan lo
tentang sejarah dan pemahaman politik dunia modern yang mungkin gak bisa lo
dapetin dari pelajaran sekolah. Sampai jumpa!
Sumber:
Dan van der
Vat: The Ship that Changed the World, The Escape of the Gfoeben to the
Dardanelles in 1914
Geoffrey
Miller: Superior Force, The Conspiracy behind the Escape of Goeben and
Breslau
George Feifer,
diedit oleh Robert Cowley “What if Lenin had been Stopped before He Arrived at
Petrograd?” di buku What If 2
http://www.history.com/this-day-in-history/lenin-returns-to-russia-from-exile
[1] SMS adalah singkatan yang
ditaruh di awal nama SEMUA kapal perang kekaisaran Jerman, serupa dengan
singkatan KRI (Kapal Republik Indonesia) yang ditaruh di awal nama semua kapal
perang Indonesia. SMS adalah singkatan dari Seine Majestät Schiffe,
atau “Kapal milik Yang Mulia” ini serupa dengan singkatan Her Majesty’s
Ship di Angkatan Laut Inggris.
[2] Kalau kamu berpikir “Itu
TIDAK TERDENGAR BAGUS DEH” oh, betapa benarnya kamu!! Di dalam pertempuran
Jutland, seorang opsir komunikasi yang mendapatkan jabatannya lewat jalur
serupa dengan Milne menyebabkan banyak kesalahan fatal dalam formasi dan
manuver armada Inggris.
[3] Percakapan ini hanya illustrasi untuk memudahkan pembaca untuk membayangkan, bukan verbatim.
Editor: Marcel Susanto
Sumber artikel: https://www.zenius.net/
0 Comments